jatim.jpnn.com, SURABAYA - PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) mengubah perairan Pantai Tlangoh, Kabupaten Bangkalan yang sebelumnya terancam abrasi dan tumpukan sampah menjadi destinasi wisata berbasis lingkungan.
Hal itu dilakukan lewat penanaman hexa reef dalam program Pengembangan Wisata Pesisir Terintegrasi Pantai Pasir Putih Tlangoh.
Program tersebut berawal dari kerja sama PHE WMO dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2022. Studi itu menemukan tingkat abrasi di Pantai Tlangoh mencapai tujuh meter per tahun, dipicu kuatnya arus ombak serta aktivitas penambangan pasir ilegal.
“Berdasarkan hasil kajian, abrasi di kawasan ini tergolong ekstrem dan membutuhkan penanganan inovatif,” ujar Sr Manager Regional Indonesia Timur PHE WMO Sigit Dwi Aryono, Sabtu (27/12).
Pada saat yang sama, kawasan pesisir Desa Tlangoh juga menghadapi persoalan lingkungan serius berupa timbunan sampah yang mencapai 1.488 meter kubik per hari. Kombinasi abrasi dan pencemaran tersebut membuat potensi ekonomi sektor pariwisata nyaris hilang.
Menjawab tantangan itu, PHE WMO menerapkan konsep One Belt One Road (OBOR), sebuah strategi sinergi pembangunan pesisir yang menitikberatkan pada empat dimensi utama, yakni lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial.
“Inisiatif ini tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat pesisir secara berkelanjutan,” kata Sigit.
Salah satu inovasi utama dalam program tersebut adalah hexa reef, struktur buatan berbentuk heksagonal yang ditanam di dasar laut sebagai pengendali abrasi. Berbeda dengan pemecah gelombang konvensional di bibir pantai, hexa reef bekerja dengan memperlambat arus bawah laut dan menahan pasir agar tidak terbawa ombak.









































