jpnn.com, JAKARTA - Peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember dimaknai oleh Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) tidak sekadar sebagai agenda seremonial, melainkan momentum untuk menghadirkan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang berdampak langsung bagi perempuan dan ibu.
Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Jenderal MPR Siti Fauziah menegaskan esensi Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember harus diwujudkan melalui kegiatan konkret yang mendukung peran dan kesehatan perempuan, bukan hanya diperingati secara simbolik.
Bagi Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR, kata Siti Fauziah, momentum ini tidak sekadar sebagai agenda seremonial, melainkan momentum untuk menghadirkan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang berdampak langsung bagi perempuan dan ibu.
“Hari Ibu ini memang diperingati, tetapi bukan sekadar seremoni. Yang lebih penting adalah bagaimana menghadirkan maknanya dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan nyata yang benar-benar dirasakan manfaatnya,” ujar Siti Fauziah dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).
Dia menyampaikan MPR mendukung berbagai inisiatif kegiatan, salah satunya kegiatan yang digagas pimpinan dan anggota MPR, serta aktivis perempuan yaitu pemeriksaan kesehatan khusus bagi ibu-ibu yang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Ibu.
Kegiatan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan perempuan, seperti mammografi (MAMO) dan pap smear sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan ibu.
“Kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan untuk ibu-ibu inilah yang diharapkan menjadi wujud nyata peringatan Hari Ibu, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan, bukan hanya menjadi agenda simbolik tahunan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Siti Fauziah juga menyoroti tantangan peran ibu di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan karakter generasi muda saat ini.












































