jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto memperikarakan biaya untuk memperbaiki kerusakan akibat bencana banjir bandang dan longsor di Pulau Sumatra mencapai Rp 51,82 triliun.
Tetapi menurut Kepala BNPB ini, estimasi itu kemungkinan masih bertambah mengingat jumlah korban masih belum mencapai data final dan terus diperbarui setiap harinya.
“Tentu saja, data ini belum akurat, masih terus kami lengkapi. Kami berkoordinasi dengan Kementerian PU. Khusus untuk Aceh saja, pemulihan sampai dengan saat ini (hingga) kondisi seperti semula membutuhkan anggaran Rp 25,41 triliun,” kata Suharyanto dikutip Senin (9/12)
Suharyanto melanjutkan untuk biaya perbaikan di daerah-daerah terdampak bencana di Sumatra Utara mencapai Rp 12,88 triliun. Sementara itu, untuk Sumatra Barat mencapai Rp 13,52 triliun.
“Kami laporkan ini secara nasional, dari Kementerian PU dengan penjumlahan dari tiga provinsi, estimasi yang diperlukan,” katanya.
Suharyanto menambahkan, anggaran perbaikan bakal dipergunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada korban, pengungsi, dan masyarakat umum, mempercepat penyaluran santunan bagi ahli waris korban yang meninggal dunia dan hilang, mencukupi stok logistik secara berjenjang dari tingkat desa sampai ke daerah tingkat atasnya.
“Kemudian, untuk daerah-daerah yang relatif sudah pulih, seperti di Sumatra Barat, sebagian Sumatra Utara, kami akan masuk tahap rehabilitasi, rekonstruksi. Jadi, tidak sama-sama ini. Daerah-daerah yang sudah lebih baik dia bisa duluan (rehabilitasi),” kata dia.
Dalam fase rehabilitasi itu, Suharyanto juga menyampaikan rencana pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) untuk para pengungsi.












































