jpnn.com - BANDUNG - Jawa Barat menjadi provinsi dengan tingkat paparan radikalisme anak secara daring tertinggi sepanjang 2025.
Temuan itu diungkap oleh Densus 88 setelah melakukan pemetaan digital dan penindakan terhadap jaringan rekrutmen berbasis online yang menyasar anak dan remaja.
Pejabat Informasi dan Data (PID) Densus 88 AKBP Mayndra Eka Wardhana mengatakan sebagian besar proses radikalisasi dilakukan melalui media sosial, aplikasi pesan instan, hingga platform gim daring.
Dia menyebut metode yang digunakan kelompok radikal kini jauh lebih sistematis dan memanfaatkan algoritma platform digital untuk menjangkau target usia muda.
“Jawa Barat berada di posisi tertinggi karena akses internet yang sangat luas, dan banyak komunitas daring yang dijadikan ruang rekrutmen terselubung. Mereka menyasar anak-anak lewat konten, grup tertutup, sampai memberikan mentoring jarak jauh,” kata Mayndra, Rabu (19/11).
Dalam laporan terbaru itu, Jawa Barat menempati posisi pertama jumlah anak yang terpapar propaganda ekstrem, disusul DKI Jakarta.
Densus 88 menemukan bahwa kelompok radikal membangun pola komunikasi yang cepat, personal, dan sulit terdeteksi, sehingga membuat anak menjadi kelompok paling rentan.
Mayndra menegaskan bahwa temuan ini menjadi alarm serius. Densus 88 telah meningkatkan patroli siber, membongkar jaringan rekrutmen digital, dan memperluas kolaborasi dengan sekolah, guru BK, serta orang tua.







































