Semangat KAA-Soekarno Kembali Menggema di Diskusi Sejarah PDIP

5 hours ago 11

Semangat KAA-Soekarno Kembali Menggema di Diskusi Sejarah PDIP

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Gagasan besar Presiden pertama RI Soekarno tentang kemerdekaan dan keadilan dunia kembali menggema dalam acara "Sukarno and The Making of The News World" di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (22/10). Foto: Source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Gagasan besar Presiden pertama RI Soekarno tentang kemerdekaan dan keadilan dunia kembali menggema dalam acara "Sukarno and The Making of The News World" di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (22/10). Acara yang diselenggarakan Badan Sejarah Indonesia DPP PDIP bekerja sama dengan Historia.ID menghadirkan sejarawan asal Belgia, David Van Reybrouck, penulis buku "Revolusi Indonesia and the Birth of the Modern World".

Dalam sambutan pembuka, Anggota DPR RI Bonnie Triyana menekankan pentingnya meneladani kembali pemikiran Soekarno yang menolak segala bentuk penindasan. "Bung Karno percaya kemerdekaan sejati belum tercapai bila masih ada eksploitasi satu bangsa atas bangsa lain. Dari keyakinan itu lahirlah semangat Bandung," ujar Bonnie.

Menurut Bonnie, Soekarno memainkan peran sentral dalam menyatukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika melalui Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung. Indonesia di bawah Soekarno tak hanya menjadi simbol kemerdekaan politik, tetapi juga pusat moral gerakan anti-kolonial dunia.

"Semangat internasionalisme Bung Karno adalah cerminan kemanusiaan universal yang kini mulai pudar," tuturnya.

Sementara itu, David Van Reybrouck dalam kuliah umumnya menyebut Konferensi Bandung sebagai tonggak sejarah yang mengubah wajah dunia.

"Bandung adalah momen luar biasa. Di sana, dunia ketiga lahir sebagai kekuatan moral baru. Namun mimpi Bandung hanya bertahan sejenak dan hancur pada 1965, seiring perubahan politik global dan campur tangan kekuatan besar," ujar David.

David menerangkan, salah satu warisan penting KAA adalah transformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Tahun 1960 dikenal sebagai Tahun Afrika, ketika 18 negara merdeka dan sebagian besar adalah peserta Konferensi Bandung. Itu menunjukkan pengaruh besar Indonesia dan Soekarno terhadap tatanan dunia baru," urainya.

Dalam sesi tanya jawab, ketika ditanya pandangannya mengenai Soeharto yang dikenang sebagai pahlawan nasional, David memberikan jawaban satire. "Jika Anda bertanya apakah saya melihat Suharto sebagai seorang hero nasional, bagi saya, itu terasa seperti memandang Donald Trump sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian," ungkapnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.

Semangat Bandung dan pemikiran Soekarno menginspirasi dunia dikupas dalam diskusi Badan Sejarah PDIP bersama sejarawan Belgia.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |