jpnn.com, JAKARTA - Pengamat peternakan Rochadi Tawaf menilai, rencana pemerintah membuat peternakan ayam di seluruh Indonesia senilai Rp 20 triliun, lebih baik diarahkan untuk merevitalisasi peternakan-peternakan ayam yang sudah ada ketimbang membangun baru.
Rochadi menyatakan bahwa membangun peternakan ayam dari nol berisiko tinggi dan memakan waktu lama.
"Lebih realistis jika pemerintah masuk ke perusahaan yang sudah ada, terutama yang bangkrut, lalu direvitalisasi," kata Rochadi dikutip Senin (17/11).
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran itu menambahkan kondisi peternakan rakyat saat ini memprihatinkan.
Menurut dia, banyak lahan peternakan rakyat disewakan kepada pihak asing, sementara infrastruktur yang ada tidak dimanfaatkan optimal.
"Peternakan rakyat amburadul karena tekanan industri. Kenapa tidak diarahkan pembiayaan itu untuk memperbaiki peternakan rakyat, lalu hilirisasinya ke industri nuget besar agar produk rakyat terserap," ujarnya.
Rochadi menilai langkah membangun peternakan baru berpotensi sulit bersaing dengan perusahaan swasta besar yang telah menguasai pasar.
Sebelumnya, pemerintah melalui Danantara menyampaikan rencana investasi Rp 20 triliun untuk membangun peternakan ayam pedaging dan petelur.








































