jpnn.com, JAKARTA - Permintaan terhadap transplantasi rambut di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan penampilan dan kepercayaan diri.
Namun di tengah popularitas ini, muncul fenomena yang perlu diwaspadai: maraknya klinik yang mengklaim menggunakan teknik Direct Hair Implantation (DHI), padahal tidak mengikuti standar aslinya.
Metode DHI dikenal sebagai teknik transplantasi rambut modern yang tanpa rasa sakit, tanpa sayatan, tanpa bekas luka, dan memberikan hasil yang tampak alami.
Sayangnya, banyak klinik yang meniru atau memodifikasi nama DHI demi menarik pasien, sehingga masyarakat perlu lebih berhati-hati agar tidak tertipu dengan prosedur palsu.
Metode Direct Hair Implantation (DHI) dikembangkan secara eksklusif oleh DHI Global Medical Group — lembaga medis internasional yang berdiri sejak 1970 di Athena, Yunani, dengan lebih dari 70 klinik resmi di 45 negara dan lebih dari 500.000 pasien di seluruh dunia.
Dalam prosedur DHI yang asli, setiap tahap dilakukan sesuai protokol medis internasional, mulai dari konsultasi awal, persiapan, implantasi, hingga perawatan pasca-tindakan.
Keunggulan utamanya adalah metode Single-Step Implantation, proses satu langkah menggunakan alat eksklusif DHI Implanter yang memungkinkan dokter menanam folikel rambut tanpa perlu membuat sayatan terlebih dahulu.
DHI Implanter dapat mengatur kedalaman, arah, dan sudut tumbuh rambut, sehingga hasilnya terlihat alami dan tidak
meninggalkan jaringan parut.








































