Lasik Smile

5 hours ago 6

Oleh: Dahlan Iskan

Lasik Smile

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA sudah expired. Tidak bisa lagi ikut gaya hidup baru: hidup tanpa kaca mata.

Umur tertua untuk bisa bebas kacamata adalah 70 tahun. Sebelum itu mata minus bisa menjalani lasik --mata dilaser untuk menghilangkan minusnya. Atau plusnya.

Beruntunglah Anda: jauh lebih muda dari saya yang 74 tahun.

"Lebih 70 persen orang yang datang ke sini minta dilasik," ujar dr Dini Dharmawidiarini. "Lasik sudah seperti gaya hidup," tambahnya.

Setelah senam dansa di Disway, saya ke klinik NEC --National Eye Center Surabaya kemarin. Saya tertarik pada lasik tapi urung melakukannya --soal umur.

Dokter Dini adalah satu dari lima dokter anggota senam dansa SDI. Dia konsultan di NEC --di samping dokter mata di RS Mata Undaan. Dini alumnus Universitas Airlangga --memperoleh sub spesialisasi bedah refraksi, lensa, dan kornea di Hyderabad India.

Dini bersama 42 dokter mata bersatu menjadi pemilik NEC. Sejak empat tahun lalu. Ambisi para dokter di situ adalah: memiliki alat paling modern --untuk mendukung keahlian mereka.

Alat untuk klinik mata memang mahal: sekitar Rp 17 miliar. Namanya zeiss visumax. Bisa untuk membuat lenticule pada smile. Bisa untuk membuat flap pada lasik.

Setelah senam dansa di Disway, saya ke klinik NEC --National Eye Center Surabaya kemarin. Saya tertarik pada lasik tapi urung melakukannya --soal umur.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |