jpnn.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan mundur dalam menjalankan agenda hilirisasi sumber daya alam, meskipun menghadapi berbagai tekanan dari pihak luar maupun dalam negeri.
Hal itu diungkapkan Bahlil dalam Minerba Convex 2025 , Rabu (15/10/2025).
Menurutnya, hilirisasi telah terbukti memberikan nilai tambah besar bagi perekonomian nasional.
Dia mencontohkan transformasi industri nikel yang awalnya hanya menghasilkan ekspor senilai US$3,3 miliar pada 2017–2018, kini naik USD 35–USD 40 miliar per tahun setelah pemerintah menghentikan ekspor bijih mentah dan mendorong pembangunan industri pengolahan dalam negeri.
“Ini bentuk kehadiran pemerintah dalam membangun roadmap pengelolaan sumber daya alam yang berbasis nilai tambah serta menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi daerah,” ucapnya.
Dia juga menyoroti keberhasilan pembangunan smelter tembaga oleh Freeport Indonesia di Gresik dengan investasi mencapai USD 3 miliar, yang kini mampu mengolah tiga juta ton konsentrat menjadi 50–60 ton emas per tahun.
Selain itu, Bahlil mengungkapkan pemerintah pun tengah menyiapkan 18–20 proyek strategis senilai USD 38 miliar atau sekitar Rp 618 triliun yang telah diserahkan ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia.
Proyek-proyek ini diyakini mampu menciptakan lebih dari 1 juta lapangan kerja langsung dan tidak langsung, sekaligus mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah Indonesia.