jpnn.com - Inilah smelter nikel pertama yang saya lewati setelah 30 menit meninggalkan bandara Morowali. Yang menonjol bukan pabriknya, tapi kekumuhannya. Kanan-kiri jalan utama poros Sulawesi di tengah smelter modern ini sungguh paradoksnya.
Di sepanjang jalan bangunan darurat mendominasi pemandangan. Tidak terkendali. Kumuh. Berdebu.
Di balik kekumuhan itulah terlihat pembangkit listrik yang besar dan modern. Tiga unit PLTU batu bara berjajar. Di pinggir pantai. Di sebelah pelabuhan khusus milik GNI.
Pabrik smelternya sendiri tidak di pinggir pantai. Lebih dekat ke bukit bahan baku. Antara pabrik dan pelabuhan dipisahkan jalan raya trans Sulawesi.
Itulah smelter terkenal milik perusahaan Tiongkok: PT Gunbuster Nickel Industry (GNI).
Meski smelter dan pelabuhan dipisahkan jalan raya tapi tidak mengganggu lalu-lintas. Antara smelter dan pelabuhan itu dibangun jalan layang lebar melintas di atas jalan trans Sulawesi.
Maka GNI seperti tidak terusik oleh kekumuhan bawah jalan layang itu.
Ribuan karyawan yang dari luar Morowali memang tidak ada pilihan: harus kos di kanan kiri jalan trans Sulawesi itu. Kebutuhan makan mereka pun dipenuhi oleh pedagang informal di situ.

.jpeg)










































