jpnn.com, JAKARTA - Dewan Syuro (Syuriyah) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan keputusan hasil rapat yang berisi permintaan kepada K.H. Yahya Cholil Staquf segera mundur dari jabatan ketua umum organisasi yang menaungi nahdiyin itu.
Gus Yahya -panggilan kondangnya- diberi waktu tiga hari terhitung sejak menerima risalah beryanggal 20 November 2025 itu untuk mengundurkan diri dari ketua umum Tanfiziah PBNU.
Keputusan yang menggemparkan itu merupakan hasil rapat harian Syuriyah PBNU pada Kamis lalu (20/11/2025) di Hotel Aston City Jakarta.
Rapat yang berlangsung pada 17.00 hingga 20.00 WIB itu dipimpin langsung Rais Am Syuriyah PBNU K.H. Miftachul Achyar.
"K.H. Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU," demikian tertulis dalam poin ke-5 huruf (a) risalah hasil persamuhan para kiai nahdiyin itu.
Risalah rapat itu juga memuat antisipasi jika Gus Yahya tidak mau mundur sebagaimana tenggat yang ditentukan Syuriyah PBNU.
"Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan K.H. Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," bunyi poin ke-5 huruf (b) pada risalah tersebut.
Lantas, apa kesalahan Gus Yahya sehingga Syuriyah PBNU bermaksud mencopotnya dari jabatan ketua umum tanfiziah organisasi yang telah eksis sejak 1926 itu?







































