jatim.jpnn.com, SURABAYA - Pemerintah Kota Surabaya mengajak masyarakat Kota Pahlawan untuk beralih dari menggunakan popok dan pembalut sekali pakai ke bahan yang bisa didaur ulang.
Hal ini untuk mengurangi limbah popok dan pembalut. Sebab, 31 persen sampah di sungai Surabaya didominasi popok dan pembalut.
Inovasi itu membuat Kota Surabaya menjadi satu-satunya kota dari Indonesia yang masuk dalam Top 50 Bloomberg Mayors Challenge 2025 yang digagas oleh Bloomberg Philanthropies.
“Berdasarkan berbagai data, baik dari sumber lokal maupun lembaga internasional, Sungai Brantas di Surabaya menghadapi permasalahan serius. Salah satu jenis sampah yang mendominasi adalah pembalut wanita dan popok bayi,” kata Eri dalam acara Executive Stakeholders Gathering dalam Rangka Bloomberg Mayors Challenge 2025, Senin (12/10).
Eri mengatakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), berkolaborasi dengan Bumbi, sebuah gerakan sosial dan produsen popok bayi serta pembalut kain ramah lingkungan meluncurkan program sosialisasi masif untuk mendorong penggunaan produk kain yang dapat dipakai berulang sebagai alternatif produk sekali pakai.
"Fokus utama kami adalah mengubah pola pikir atau mindset masyarakat, khususnya para ibu, agar beralih dari produk sekali pakai menjadi produk yang dapat didaur ulang," ujar dia.
Inovasi ini diperkuat dengan skema pemberdayaan ekonomi. Pemkot Surabaya telah bekerja sama dengan Bumbi yang melibatkan partisipasi aktif kaum wanita dan penyandang disabilitas di Surabaya untuk memproduksi sendiri produk daur ulang tersebut.
Sementara itu, Founder and CEO Bumbi Celia Siura mengatakan Kota Surabaya sempat menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan terkait limbah popok di sungai.