jpnn.com - JAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong percepatan hilirisasi riset. Hal tersebut dilakukan supaya hasil penelitian dapat segera dimanfaatkan dan masuk ke pasar melalui Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM).
Kepala BRIN Arif Satria menyatakan bahwa riset di Indonesia harus menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat dan perekonomian nasional. Oleh karena itu, RIIM diarahkan untuk mendorong riset hingga siap diimplementasikan oleh industri.
Arif Satria dalam keterangannya yang dikutip Jumat (19/12) menegaskan bahwa riset tidak boleh berhenti pada laporan atau prototipe.
“Melalui RIIM, kami mendorong hasil riset agar dapat ditingkatkan kesiapterapannya sehingga siap masuk pasar dan dimanfaatkan secara luas,” ujar Arif seusai penyerahan penghargaan RIIM Awards 2025 di Gedung BJ Habibie BRIN Jakarta, Kamis (18/12).
Menurut Arif, salah satu fokus utama RIIM ialah percepatan peningkatan tingkat kesiapterapan teknologi atau Technology Readiness Level (TRL). Menurut Arif, banyak riset yang masih berada pada TRL menengah sehingga belum menarik bagi industri.
“Kami menyiapkan skema percepatan agar riset yang TRL-nya masih menengah dapat ditingkatkan hingga level tinggi. Dengan begitu, industri dapat langsung mengadopsi tanpa perlu investasi tambahan yang besar,” paranya.
Arif menambahkan bahwa percepatan hilirisasi juga didukung dengan promosi dan valuasi hasil riset. Hal itu supaya riset yang dinilai memiliki dampak ekonomi dan sosial, dapat dikembangkan lebih lanjut.
Arif menyatakan bahwa ke depan riset dan inovasi tidak hanya dilakukan oleh BRIN atau perguruan tinggi, tetapi juga melibatkan industri dan pelaku usaha. “Sehingga, riset benar-benar menjadi bagian dari ekosistem pembangunan nasional,” katanya.












































