Polemik Pandji Soal Toraja, Ongen: Adat Kami Penuh Cinta, Bukan Emosi

2 hours ago 12

 Adat Kami Penuh Cinta, Bukan Emosi

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Pandji Pragiwaksono.Foto: Romaida/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Akademisi berdarah Toraja, Dr. Y. Paonganan atau Ongen, menyatakan bahwa hakikat adat Toraja bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangkul dan menyembuhkan.

Pernyataan itu disampaikannya menanggapi polemik yang melibatkan komika Pandji Pragiwaksono, yang dianggap menyinggung tradisi Rambu Solo’.

“Adat Toraja itu penuh kasih, tidak otoriter. Kalau Pandji benar-benar memahami adat Toraja, dia pasti tidak akan melakukannya. Tapi dia sudah meminta maaf, dan sebagai anak Toraja, saya maafkan. Denda adat itu tidak perlu,” ujar Ongen dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/11).

Dia menekankan bahwa adat Toraja sejatinya berakar pada nilai cinta kasih dan kehormatan, bukan dendam atau amarah.

Menurutnya, semangat leluhur Toraja yang diwariskan melalui sistem “adat lembang” mengajarkan keseimbangan dan penghormatan antar manusia.

“Kalau seseorang sudah meminta maaf, yang tertinggi nilainya adalah memaafkan. Itu kehormatan orang Toraja yang sesungguhnya,” tambahnya.

Ongen mengingatkan bahwa jika adat digunakan untuk menghukum, hal itu justru bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap budaya Toraja.

“Kalau kita kehilangan cinta, maka adat kehilangan maknanya. Adat itu bukan alat untuk mempermalukan, tapi untuk memperbaiki,” ujarnya.

Ongen menyatakan bahwa adat Toraja berlandaskan kasih, bukan amarah, seusai polemik Pandji Pragiwaksono.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |