jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Human Rights Working Group (HRWG) menyelenggarakan menonton bareng (nobar) dan diskusi film dokumenter berjudul Last Supper “Whisper” karya sutradara Daniel Rudi Haryanto di Sleman pada Senin pagi (1/12).
Film berdurasi panjang ini mengungkap kisah pilu tiga penyintas tragedi kekerasan politik era Orde Baru yang berjuang memulihkan hak-hak mereka pada usia senja.
Film ini menyoroti kehidupan Markus Talam (musisi, dipenjara 10 tahun di Pulau Buru), Sukiman (mantan penyiar radio), dan Suyatman (petani).
Bersama Sukiman, Suyatman ditahan selama setahun tanpa proses hukum di Blitar. Mereka terseret dalam Operasi Trisula di Blitar Selatan, sebuah operasi militer pada 1968 yang bertujuan "membersihkan" sisa-sisa anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), meskipun ketiganya bukan bagian dari kelompok tersebut.
Melalui narasi yang lambat, tetapi menghanyutkan, film The Last Supper “Whisper” merekam trauma mendalam akibat penyiksaan, kehilangan keluarga, dan stigma puluhan tahun yang masih membayangi hidup mereka.
Film ini menyajikan pertanyaan besar tentang keadilan yang tak pernah hadir, sementara harapan akan pemulihan hak-hak kewargaan yang dirampas masih tersimpan kuat.
Daniel Rudi Haryanto mengungkapkan bahwa film ini digarap selama delapan tahun. Proses dimulai dari pertemuannya dengan Suyatman, Sukiman, dan Talam di Blitar Selatan, di mana ia baru mengetahui adanya operasi perburuan anggota PKI hingga 1968, yang dikenal sebagai Operasi Trisula.
Salah satu momen paling menggugah dalam film adalah penyebutan nama-nama korban yang ditangkap, dipenjara, dan dibunuh oleh militer.









































