jpnn.com - Orang pintar banyak maunya. Contohnya: Elon Musk.
Akan tetapi juga banyak uangnya. Bisakah orang pintar menjadi staf yang baik?
Dalam hal Elon Musk tidak bisa. Orang pintar maunya di depan. Maka bulan madunya bersama presiden pintar Donald Trump hanya berlangsung enam bulan.
Lalu mulai cekcok. Pisah ranjang. Cerai. Bertengkar.
Elon Musk bersama putranya, X Æ A-Xii, dengan Presiden AS Donald Trump saat menandatangani perintah eksekutif pada 11 Februari 2025. Elon Musk mengatakan bahwa ia mengundurkan diri dari posisinya di pemerintahan AS setelah berselisih dengan Trump. --Jim WATSON / AFP
Itulah juga problem dalam membentuk zaken kabinet. Harus cari orang-orang pintar tapi penurut. Itu langka.
Mungkin baru ada satu: Sri Mulyani. Atau dua: Amran Sulaiman. Atau tiga: Anda pilih sendiri.
Orang pintar banyak. Namun, kalau hanya akan membuat sebuah tim pecah berkeping lebih baik pilih yang tidak terlalu pintar tetapi mau bekerja sangat keras. Syaratnya: presidennya harus sangat pintar.