Kisah Febri 300 Hari di Suriah: Ingin Memeluk Ibu yang Terjebak Propaganda ISIS

1 week ago 24

Selasa, 03 Juni 2025 – 07:30 WIB

 Ingin Memeluk Ibu yang Terjebak Propaganda ISIS - JPNN.com Jateng

Febri Ramdani (30), salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak propaganda ISIS di Suriah. FOTO: Wisnu Indra Kusuma/JPNN.com.

jateng.jpnn.com, SEMARANG - Febri Ramdani tak pernah membayangkan keputusannya menyusuri puing-puing Suriah, negeri yang didera perang akan menjadi perjalanan terberat dalam hidupnya.

Dia bukan pejuang jihad, bukan pula pemburu syahid. Lelaki 30 tahun dengan panggilan karib Febri itu hanya seorang anak yang ingin memeluk kembali ibunya.

Pada 2016, dengan keberanian yang terbilang nekat, Febri berangkat sendirian ke Suriah. Bukan untuk bergabung dengan kelompok bersenjata, tetapi untuk mencari ibunya yang lebih dulu berangkat setahun sebelumnya akibat terperangkap bujuk rayu kelompok teror yang mengatasnamakan agama.

"Intinya saya tertipu. Saya ke sana hanya karena ingin bertemu ibu. Namun, ternyata propaganda yang saya lihat di media sosial sangat bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan,” ujar Febri, seusai pemutaran Film Dokumenter Road to Resilience dan Bedah Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah di Kota Semarang, Senin (2/6).

Selama 300 hari, dia hidup dalam bayang-bayang perang dan ketakutan. Bersama ibunya dan kakaknya yang sakit, Febri berjuang bukan untuk cita-cita ideologis, tetapi untuk bertahan dan pulang ke Tanah Air.

Kisah ini bermula dari kekecewaan yang tak asing dalam Republik Indonesia, yaitu korupsi dan ketidakadilan. Ibunya, mantan aparatur sipil negara di sebuah kementerian, memutuskan berhenti karena muak pada praktik kotor itu.

Di sisi lain, bisnis keluarga mereka kolaps hingga melenyapkan uang miliaran rupiah pun. Kehilangan pekerjaan, tekanan ekonomi, dan penyakit yang menggerogoti tubuh anak sulungnya menjadi pintu masuk bagi bujuk rayu manis kelompok teroris.

Mereka menjanjikan kehidupan yang barokah, aman, pengobatan gratis dan komunitas Islam yang murni.

Dia bukan pejuang jihad, bukan pula pemburu syahid. Lelaki 30 tahun dengan panggilan karib Febri itu hanya seorang anak yang ingin memeluk kembali ibunya.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News

Read Entire Article
| | | |