jpnn.com, JAKARTA - Peneliti sekaligus Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Haryo Mojopahit menyampaikan penyebab defisit daging kurban pada daerah lantaran memiliki karakteristik tertentu.
Di Pulau Jawa, penyebab utamanya defisit daging adalah kemiskinan yang tinggi, sehingga para penduduk tak mampu berkurban.
Berbeda dengan daerah luar Pulau Jawa yang cenderung disebabkan oleh kondisi geografi, yakni terisolasi dan tertinggal sehingga sulit untuk diakses.
Hasil penelitian IDEAS menunjukkan kawasan seperti Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara dan Demak di Jawa Tengah mengalami defisit daging kurban hingga 2.623 Ton pada 2024 lalu.
Berbeda dengan pusat kota seperti DKI Jakarta yang mengalami surplus daging mencapai angka 9.905 Ton pada 2024 lalu.
Begitu pula dengan daerah-daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Cimahi, Sumedang yang mencapai 6.355 Ton serta Sleman dan Bantul di DI Yogyakarta yang mencapai 4.957 Ton.
Menurut Haryo, penting untuk melakukan intervensi gizi dengan mendistribusikan daging kurban secara rata hingga pelosok Indonesia.
Tak hanya itu, perlu kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat untuk mewujudkannya.