jpnn.com, JAKARTA - Partner dan Co-Leader of McKinsey and Company’s Metals and Mining Practice in Asia, Hidayat Liu, memaparkan data konkret mengenai dampak AI terhadap sektor pertambangan.
Pernyataan tersebut disampaikan Hidayat Liu dalam Energy Insights Forum bertajuk “Harnessing Artificial Intelligence to Unlock Mining’s Next Frontier” yang diselenggarakan Kadin Indonesia Bidang ESDM, bekerja sama dengan Katadata Insight Center (KIC).
Menurut data McKinsey, optimalisasi pabrik pengolahan yang berbasis teknologi AI mampu meningkatkan throughput alias kapasitas pengolahan sebesar 5–15 persen.
Selain itu, AI juga berhasil meningkatkan tingkat perolehan mineral (recovery rate) sebesar 1–2 poin persentase dalam proses pengolahan.
Teknologi AI-enabled drill and blast bahkan dinilai mampu memangkas biaya operasional hingga 10 persen, sekaligus meningkatkan produktivitas shovel sebesar 10–20 persen.
McKinsey juga menampilkan bagaimana GenAI copilots mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 5–10 persen dan mengurangi biaya operasional dalam kisaran yang sama.
Hidayat Liu menyatakan penerapan AI menjadi langkah penting untuk mendorong Indonesia naik kelas sebagai pusat produksi dan inovasi mineral dunia.
"Kami melihat Indonesia berada di posisi yang sangat strategis untuk mengintegrasikan AI dalam ekosistem pertambangan, mulai dari eksplorasi, produksi, hingga pengolahan," ujar Hidayat di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/10).