jpnn.com, JAKARTA - Kondisi geopolitik yang meruncing di wilayah timur tengah dan perdagangan global menimbulkan risiko inflasi tinggi dan mengancam ekonomi global.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, APBN terus bekerja keras dalam rangka melakukan mitigasi terhadap situasi yang terus bergejolak dan berkembang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa yang digelar pada Selasa (17/6) mengungkapkan APBN tetap terjaga dan terus melaksanakan tugasnya untuk menjaga perekonomian dan masyarakat.
Menurut Menkeu Sri, Indonesia tetap bisa menjaga stabilitas ekonomi dan menjaga stabilitas kebijakan fiskal yang responsif dan adaptif, baik di tengah tensi global yang memuncak maupun di tengah volatilitas pasar keuangan dan perekonomian global.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo mengungkapkan instansinya memiliki peran dalam APBN melalui penerimaan kepabeanan dan cukai yang akan ditujukan bagi kebermanfaatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Budi menyebutkan penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Mei 2025 mencapai Rp 122,9 triliun (40,7 persen dari target APBN) atau tumbuh sebesar 12,6 persen (yoy) yang didorong oleh penerimaan bea keluar dan cukai.
“Pengawasan Bea Cukai menunjukkan kinerja positif terutama dalam efektifitas penindakan sebagai bentuk upaya untuk melindungi masyarakat dan mengamankan perekonomian nasional dari barang ilegal dan penyelundupan,” ujar Budi dalam keterangannya, Kamis (26/6).
Bea Cukai telah melakukan 12.582 penindakan kepabeanan dan cukai hingga Mei 2025 yang menghasilkan perkiraan nilai tangkapan sebesar Rp 6,9 triliun atau tumbuh 146,1 persen (yoy).