jpnn.com, JAKARTA - Lebih dari dua miliar orang di dunia masih kekurangan akses terhadap air minum yang aman.
Dampaknya bukan hanya menyebabkan 1,4 juta kematian setiap tahun, tetapi juga berkontribusi terhadap 50 persen angka malnutrisi global.
Di Indonesia, situasi tak kalah memprihatinkan. Data Survei Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) 2023 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 80 persen akses air minum masih belum tergolong aman.
Bahkan, cemaran bakteri E.coli ditemukan pada 45,4 persen air minum isi ulang yang diuji.
Kondisi ini mendorong Yayasan Jiva Svastha Nusantara untuk terus mengadakan edukasi publik tentang air minum yang layak konsumsi.
Pada Kamis (7/8), yayasan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Kantor Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program “Indonesia Sehat Mulai dari Air Bermutu”, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kualitas air minum, serta membekali warga dengan pengetahuan seputar risiko kontaminasi air dan cara meminimalisirnya.
Dalam sesi penyuluhan, Sanitarian Ahli Muda dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Wuhgini, SKM., M.A. menyampaikan bahwa kualitas air yang tampak bersih secara fisik belum tentu aman untuk dikonsumsi.