jpnn.com - Inilah daging bagi Danantara: membangun pabrik baru yang hasilnya 100 persen laku. Pabrik itu sudah hampir selesai dibangun. Dua-tiga bulan lagi sudah bisa berproduksi.
Itulah pabrik alumina. Di Kalbar. Dekat pelabuhan baru Kijing di luar kota Pontianak. Bahan baku alumina Anda sudah tahu: bauksit. Di Kalbar banyak sekali tambang bauksit.
Proyek strategis nasional Alumina Refinery di Kalimantan Barat.-BUMN Track-
Alumina dari Kalbar itu nanti dikirim sepenuhnya ke Inalum di Sumut. Menjadi bahan baku peleburan alumunium di Tanjung Balai, dekat muara sungai Asahan itu.
Berarti satu lagi hilirisasi terwujud: bauksit. Kalau hasil hilirisasi nikel di Morowali untuk dikirim ke Tiongkok, yang bauksit ini untuk kepentingan dalam negeri.
Dengan hilirisasi di Kalbar ini Inalum tidak akan impor lagi bahan baku. Selama ini Inalum impor alumina dari Australia. Sejak dulu. Sejak Inalum didirikan dan dimiliki oleh perusahaan Jepang.
Melakukan hilirisasi bauksit di Kalbar hampir mustahil: tidak cukup ada listrik di sana. Tidak pula ada air terjun yang bisa untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).
Kalau membangun pembangkit dari minyak solar harga listriknya mahal sekali. Pilihan terbaiknya adalah PLTU batu bara. Akan tetapi pemerintah sudah telanjur bertekad tidak akan memberi izin baru untuk PLTU batu bara. Alasannya: untuk memenuhi komitmen internasional dalam mengurangi emisi.