jatim.jpnn.com, LUMAJANG - Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru mencatat getaran banjir lahar hujan sebanyak dua kali dalam kurun lebih dari tiga jam di Kabupaten Lumajang. Akibatnya, debit air di sejumlah daerah aliran sungai (DAS) Semeru meningkat tajam.
"Berdasarkan pengamatan kegempaan aktivitas Semeru pada Rabu (5/11) selama 24 jam tercatat dua kali terjadi gempa getaran banjir dengan amplitudo 25-38 mm, dan lama gempa 5.760-11.009 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Yadi Yuliandi dalam laporan tertulis, Kamis (6/11).
Selain getaran banjir, aktivitas Semeru juga masih didominasi gempa letusan atau erupsi sebanyak 147 kali dengan amplitudo 10–22 mm dan lama gempa 60–167 detik.
"Kami juga mencatat sebanyak 25 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-10 mm dan lama gempa 56-155 detik, kemudian tujuh kali gempa embusan dengan amplitudo 2-6 mm dan lama gempa 45-99 detik," ujarnya.
Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih berstatus Waspada (Level II). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun kembali mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di sektor tenggara, terutama di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak.
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai, karena berpotensi terlanda awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," tuturnya.
Dia mengingatkan warga agar tetap waspada terhadap potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan, terutama di sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, serta sungai-sungai kecil yang berhulu di puncak Semeru. (antara/mcr12/jpnn)





































