jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah sebesar 19 poin atau 0,11 persen menjadi Rp 16.621 per USD dari sebelumnya Rp 16.602 per USD pada penutupan perdagangan Senin sore (27/10).
Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyampaikan rupiah dipengaruhi oleh pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada hari Minggu (26/10).
Bessent mengatakan para pejabat AS dan Tiongkok telah menyusun kerangka kerja yang sangat substansial untuk kesepakatan perdagangan yang akan memungkinkan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping untuk membahas kerja sama perdagangan minggu ini.
“Bessent disebut menyampaikan kerangka kerja tersebut akan menghindari tarif AS sebesar 100 persen atas barang-barang China dan mencapai penangguhan kontrol ekspor logam tanah jarang Negeri Tirai Bambu,” ungkap Ibrahim dikutip, Senin.
Dia melanjutkan rupiah juga dipengaruhi oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump juga optimistis dapat mencapai kesepakatan dengan Beijing dan berharap dapat mengadakan pertemuan di Tiongkok dan Amerika Serikat.
"Saya pikir kami akan mencapai kesepakatan dengan Tiongkok," kata Trump. "Kami akan bertemu mereka nanti di China dan kita akan bertemu mereka di AS, entah di Washington atau Mar-a-Lago.”
Ibrahim juga menyebut rupiah dipengaruhi sentimen lain berasal dari inflasi September AS naik 0,3 persen, lebih rendah dari perkiraan di sekitar 0,4 persen. Secara year on year (yoy), inflasi naik menjadi 0,3 persen, di bawah perkiraan yang sebesar 4,1 persen.
Begitu pula inflasi inti hanya naik 0,2 persen, dibandingkan perkiraan 0,3 persen. Secara yoy, inflasi turun ke 3 persen dibandingkan perkiraan bertahan di angka 3,1 persen.








































