jpnn.com - CILACAP - Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan pada puncak musim hujan, terutama terhadap gejala awal longsor yang kerap muncul sebelum bencana terjadi.
Peringatan itu disampaikan menyusul longsor yang menimbun rumah-rumah warga di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (13/11) malam.
Peristiwa tersebut menyebabkan penurunan tanah sedalam dua meter, retakan memanjang sekitar 25 meter, dan masih banyak warga yang dilaporkan hilang.
Menurutnya, salah satu indikator awal paling penting sebelum tanah bergerak adalah munculnya retakan tanah berbentuk lengkung menyerupai Tapal Kuda pada lereng.
“Retakan tapal kuda terbentuk pada batas antara lereng yang masih stabil dan bagian yang mulai bergeser. Begitu retakan ini muncul, risiko longsor meningkat signifikan,” ujar perempuan yang akrab disapa Rita itu kepada JPNN.com, Sabtu (15/11).
Mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) itu menjelaskan, berbeda dengan gempa atau tsunami yang terjadi tiba-tiba, longsor umumnya didahului tanda-tanda awal.
Retakan lengkung pada bagian atas lereng menjadi sinyal yang harus segera diinspeksi oleh warga, aparat desa, sukarelawan kebencanaan hingga pemerintah daerah, terutama saat hujan intens mengguyur wilayah tersebut.
Jika retakan Tapal Kuda ditemukan, aktivitas warga di area bawah lereng seharusnya segera dihentikan dan permukiman dievakuasi. Warga juga diminta berpindah ke area datar dengan jarak aman minimal dua kali tinggi lereng, terutama saat hujan mulai turun.







































