jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah mencatat realisasi investasi hilirisasi sebesar Rp431,4 triliun sepanjang Januari–September 2025.
Angka itu meningkat 58,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lonjakan itu terjadi seiring diperketatnya kebijakan pemerintah yang tidak lagi mengizinkan ekspor bahan mentah dan mewajibkan proses pengolahan dilakukan di dalam negeri.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu menegaskan bahwa hilirisasi kini menjadi fondasi utama transformasi ekonomi Indonesia.
“Kami sudah masuk ke kebijakan yang tidak lagi mengizinkan sumber daya alam diekspor dalam bentuk raw material. Setidaknya proses tier pertama harus dilakukan di dalam negeri,” ujarnya dalam Antara Business Forum, Jakarta, Rabu (19/11).
Dia menjelaskan bahwa hilirisasi telah menjadi kerangka kebijakan nasional yang dirancang secara strategis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi.
Pemerintah membangun peta jalan yang memuat 28 komoditas prioritas dalam delapan kelompok besar, dengan tujuan menarik investasi berorientasi ekspor dan menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi ekonomi nasional.
Menurut Todotua, kenaikan realisasi investasi yang mencapai Rp 431,4 triliun didorong terutama oleh sektor mineral, diikuti perkebunan dan kehutanan, migas, serta perikanan.
Dia menyebut capaian tersebut menandai perubahan struktural dalam komposisi investasi Indonesia.
“Tahun lalu totalnya hanya sekitar Rp 42,9 triliun. Kenaikan tahun ini membuktikan bahwa hilirisasi memberikan impact langsung pada peningkatan investasi nasional,” katanya.
Todotua menegaskan kekayaan sumber daya alam Indonesia merupakan modal besar yang tidak dimiliki banyak negara.








































