Hampir 43 Persen Anak di Bawah 5 Tahun Berisiko Tertinggal Akibat Kurangnya Stimulasi Gizi

4 days ago 27

Hampir 43 Persen Anak di Bawah 5 Tahun Berisiko Tertinggal Akibat Kurangnya Stimulasi Gizi

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie (tengah) diapit Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Sanitasia Kusuma . Foto Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menekankan pentingnya pembelajaran anak usia dini di era kecerdasan artifisial.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 10,82 persen penduduk Indonesia merupakan anak usia dini (0-6 tahun).

Kondisi ini menunjukkan besarnya tanggung jawab bersama untuk memastikan pemenuhan hak anak secara menyeluruh, mulai dari kesehatan, kecukupan gizi, pendidikan, hingga pengasuhan yang berkualitas sejak usia dini.

Dalam penyampaiannya, Wamen Stella menyoroti pentingnya pembelajaran di era kecerdasan artifisial (AI), khususnya dalam membangun kemampuan berpikir anak sejak dini.

“Pembelajaran di era kecerdasan artifisial tidak semata-mata berfokus pada penguasaan teknis, seperti membuat coding," kata Wamen Stella saat menjadi pembicara dalam 2025 International Symposium on Early Childhood Education and Development di Jakarta, Rabu (17/12).

Wamen Stella menegaskan, yang lebih penting adalah memahami cara berpikir di balik coding itu sendiri, termasuk mengenali struktur dan pola dalam memecahkan masalah.

Orang yang bisa melihat struktur itu akan mampu memecahkan masalah-masalah yang kelihatannya baru, tetapi sebenarnya di dalamnya sama. 

"Itu penting sekali,” ujarnya.

Hampir 43 persen anak di bawah 5 tahun berisiko tertinggal akibat kurangnya stimulasi gizi

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |