kalsel.jpnn.com, BANJARBARU - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (Dinkes Kalsel) mencatat 35.409 bayi atau 48,31 persen dari total sasaran telah menjalani deteksi dini (skrining) penyakit jantung bawaan selama 2024.
"Sebanyak 20 bayi terdeteksi gagal skrining sehingga ditindaklanjuti pemeriksaan lanjutan dan tata laksana awal," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Provinsi Kalsel M Muslim di Banjarmasin, Selasa.
Muslim menuturkan Dinkes Provinsi Kalsel mendata 16.703 sampel bayi telah menjalani pemeriksaan Hipotiroid Kongenital dengan hasil dua bayi positif menderita.
Puluhan ribu bayi baru lahir di Kalsel, dikatakan Muslim, telah menjalani program skrining untuk mendeteksi dini penyakit, seperti Hiperplasia Adrenal Kongenital dan defisiensi enzim G6PD.
"Deteksi dini terhadap penyakit ini sangat penting, mengingat keterlambatan penanganan dapat berdampak fatal terhadap tumbuh kembang anak," ucapnya.
Selain mendeteksi dini, Dinkes Provinsi Kalsel meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan rumah sakit dan puskesmas mengikuti pelatihan skrining bayi baru lahir sebagai bagian dari upaya strategis menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kualitas hidup anak sejak dini.
Muslim mengungkapkan skrining terhadap bayi baru lahir merupakan investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang sehat dan berkualitas.
Pada pelatihan tersebut, Dinkes Provinsi Kalsel berkolaborasi dengan sejumlah mitra termasuk rumah sakit rujukan, seperti RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah menjadi mitra pengolahan sampel skrining sejak 2023.