jpnn.com, PEKANBARU - Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) angkat suara keras menyikapi bentrokan berdarah akibat konflik kerja sama operasi (KSO) perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis.
Bentrokan itu melibatkan pekerja PT Palma Agung Betuah (PAB) dan kelompok yang diduga eks karyawan PT Sinar Inti Sawit (SIS).
Insiden yang terjadi Senin (22/12) pagi itu mengakibatkan dua orang luka berat dan belasan kendaraan rusak.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau, Taufik Ikram Jamil menilai bentrokan tersebut merupakan alarm keras rapuhnya kebijakan pengelolaan lahan sawit melalui skema KSO yang dijalankan negara.
“Inilah yang kami khawatirkan, sesama masyarakat bentrok. Kasus serupa tidak mustahil terjadi di tempat lain karena persoalannya sama. Bahkan bisa berkembang menjadi bentrok horizontal,” tegas Taufik.
Ia mengungkapkan, konflik antara kedua pihak sejatinya bukan kali pertama terjadi.
Beberapa pekan sebelumnya, kedua belah pihak juga sempat terlibat perselisihan dan telah mengadukan persoalan tersebut ke LAMR. Namun hingga kini, menurutnya, tidak ada penyelesaian konkret.
“Walau pernah terjadi dan sudah dilaporkan, tampaknya belum ada jalan keluar. Pihak Satgas PKH dan PT Agrinas Palma Nusantara terkesan membiarkan persoalan ini,” ujar Taufik dengan nada kecewa.












































