jpnn.com - Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono meminta Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berhati-hati soal pendanaan berupa pinjaman dari bank asing.
Hal itu disampaikan Arief menanggapi kabar Danantara diproyeksikan menerima pinjaman USD10 miliar dari bank asing tanpa agunan dan bisa dicairkan sewaktu-waktu.
"Walaupun fasilitas pinjaman tanpa agunan, bukan berarti tidak berisiko membebani BUMN serta negara dalam jangka panjang," kata Arief dalam keterangan tertulis, Rabu (30/7/2025).
Menurut dia, skema kredit tanpa agunan di bank biasanya dengan bunga lebih tinggi ketimbang skema pinjaman biasa. Hal itu praktik wajar karena bank atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman menghadapi risiko lebih besar jika peminjam gagal membayar cicilan.
Arief menyebut Danantara yang baru terbentuk akan menghadapi lingkungan investasi yang semakin kompleks dan tidak pasti di tengah situasi geopolitik dunia yang tegang.
Lonjakan inflasi pascapandemi tampaknya tidak lagi bersifat sementara, dan direspons oleh kebijakan moneter bank sentral di seluruh dunia dengan kebijakan meningkatkan suku bunga. "Belum lagi kebijakan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat," ucapnya.
Begitu pula ketergantungan kerja sama dan kepentingan ekonomi antarnegara, kawasan, dan antar-blok ekonomi yang membutuhkan kemampuan diplomasi investasi dan perdagangan dari Danantara.
Arief juga menyoroti hubungan diplomatik yang lemah antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika dan Tiongkok, serta perdagangan kedua negara.