jpnn.com - JAKARTA - Indonesia memasuki 2026 dengan harapan baru pascatransisi pemerintahan, membawa momentum penting untuk memulihkan kepercayaan publik di tengah gejolak dan ketidakpastian ekonomi global. Stabilitas baru yang konsisten dan inklusif diharapkan menjadi fondasi bagi optimisme pemulihan ekonomi berkelanjutan.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Aviliani memaparkan bahwa ketidakpastian global masih membayangi.
Faktor-faktor utama yang memicu ketidakpastian meliputi adanya pemilu di 57 negara yang memengaruhi hampir setengah populasi dunia dan 60% PDB global.
Selain itu adanya polarisasi dan ketegangan geopolitik yang salah satunya konflik Rusia-Ukraina, ketegangan Asia Timur, dan rivalitas dagang China-AS.
“Kesimpulan ke depan adalah ketidakpastian itu sendiri. Kondisi ini menuntut dunia usaha dan pemerintah untuk lebih agile dan menekankan pentingnya penerapan Governance, Risk, dan Compliance (GRC)," ujar Aviliani dalam Media Workshop bertema “Peran Media serta Industri Asuransi Membentuk Kepercayaan Publik dan Optimisme Terhadap Masa Depan Ekonomi Indonesia 2026”, Selasa (16/12).
Meskipun demikian, ada kabar baik dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 3,2%.
Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menunjukkan pola yang fluktuatif di mana pada triwulan I: 4,87%, triwulan II: 5,12% dan triwulan III: 5,04%.
Fluktuasi ini menunjukkan pemulihan yang masih rentan dan sangat dipengaruhi oleh ekspektasi dan kondusifitas pasar. Menurut Aviliani, momentum pemulihan kepercayaan masyarakat pada Pemerintah yang meningkat sejak Oktober 2025 menjadi waktu yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.












































