jpnn.com - BANDUNG - Dua ilmuwan kelas dunia, Brian Schmidt, peraih Nobel Fisika 2011 atas penemuan percepatan ekspansi alam semesta, dan Presiden Australian Academy of Science (AAS) Chennupati Jagadish tampil dalam kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kuliah umum yang merupakan bagian dari rangkaian Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia atau KSTI 2025 ini besutan Departemen Fisika FMIPA ITB bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Forum ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan para ilmuwan terkemuka dengan komunitas akademik Indonesia, memperkuat kolaborasi global, serta memperkaya wawasan keilmuan nasional, sejalan dengan visi KSTI 2025 untuk membangun SDM unggul, inovatif, dan berdaya saing global menuju Indonesia Emas 2045.
“Saya tidak bisa memprediksi masa depan. Untuk memecahkan masalah yang terus berubah secara dinamis, itu membutuhkan teknik baru,” ujar Brian Schmidt dalam kuliah umum yang merupakan rangkaian KSTI 2025 7-9 Agustus.
Menurutnya, kemampuan beradaptasi dan learning agility adalah keterampilan mutlak yang harus dimiliki ilmuwan untuk merespons perubahan global yang cepat.
Sejalan dengan itu, Jagadish menyoroti pentingnya pendidikan yang memperluas wawasan dan membentuk kelincahan berpikir.
Dia menegaskan bahwa literasi sains harus melibatkan seluruh elemen—pemerintah, perguruan tinggi, industri, media, hingga masyarakat—agar bisa memberikan dampak nyata.
“Masyarakat dengan literasi tinggi dapat mengambil keputusan berbasis bukti dan memiliki pola pikir kritis,” tuturnya.