jpnn.com, JAKARTA - Grafolog Gusti Aju Dewi melayangkan surat terbuka kepada Ketua DPR RI Puan Maharani menyusul kontroversi penampilannya menyanyikan lagu "Imagine" karya John Lennon dalam Sidang Tahunan MPR RI pada 15 Agustus 2025 lalu.
Dalam suratnya, Gusti Aju tidak menyoroti masalah vokal Puan, melainkan budaya diam dan validasi palsu di lingkaran kekuasaan yang dinilainya lebih berbahaya.
"Ketika Ibu menyanyikan Imagine di Sidang Tahunan MPR, publik berharap sebuah momen simbolik yang menggetarkan. Tetapi yang muncul justru suara fals yang berubah menjadi bahan olok-olok nasional. Pertanyaan saya sederhana: mengapa tidak ada satu pun orang di sekitar Ibu yang jujur berkata, 'Bu, sebaiknya jangan'?" tulis Gusti Aju dalam suratnya yang diterima jpnn, Selasa (19/8).
Gusti Aju menjelaskan fenomena ini dalam kerangka organizational silence, yakni budaya diam saat seharusnya ada peringatan jujur.
"Diam bukan sekadar pasif, tetapi sebuah bentuk pengkhianatan etis. Membiarkan pemimpin melangkah menuju risiko reputasi sama artinya dengan mendorongnya ke jurang," ujarnya, merujuk penelitian Morrison & Milliken (2000).
Lebih lanjut, Gusti Aju mengkritik moral muteness, yakni kegagalan berbicara benar demi menjaga harmoni semu.
"Bukan suara fals yang berbahaya, melainkan tepuk tangan palsu yang mendorong pemimpin melakukan hal keliru," tulisnya, mengutip teori groupthink Irving Janis (1972) tentang keputusan buruk akibat tekanan kelompok.
Gusti Aju menegaskan bahwa netizen hanyalah pihak yang bereaksi, sementara akar masalah terletak pada lingkaran dalam pemimpin.