jatim.jpnn.com, SURABAYA - Polemik royalti musik yang belakangan mencuat membuat pelaku usaha, terutama UMKM, resah. Mereka khawatir harus membayar royalti meski hanya memutar musik dari layanan streaming, atau bahkan sekadar suara alam (nature sound).
Menanggapi hal itu, Persebaya Surabaya mengambil sikap. Manajemen klub berjuluk Bajol Ijo itu menyatakan lagu kebanggaan mereka Song for Pride boleh diputar bebas di ruang publik-termasuk tempat komersial seperti kafe dan warung kopi–tanpa perlu membayar royalti.
General Manager Persebaya Nanang Prianto menyatakan pihaknya tidak pernah mempermasalahkan pemutaran atau peng-cover-an Song for Pride. Namun, seiring munculnya polemik royalti oleh Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN), Persebaya merasa perlu memberikan kepastian kepada masyarakat.
"Seperti yang disampaikan Pak Pres (Presiden Persebaya Azrul Ananda), kalau Persebaya baik, Surabaya juga pasti baik. Kami ingin ikut merespons keresahan pelaku usaha, terutama UMKM di Surabaya. Mereka bebas memutar Song for Pride. Ini juga bagian dari upaya mem-Persebaya-kan lebih banyak orang," kata Nanang dalam keterangan tertulis, Rabu (6/8).
Nanang menyebut manajemen Persebaya sudah mendapatkan hak hibah penuh atas lagu tersebut dari penciptanya Mahardika Nurdian Syahputra alias Dika.
Dika secara resmi menghibahkan hak cipta Song For Pride kepada Persebaya pada 10 November 2022. Hibah itu diberikan seusai kemenangan bersejarah Persebaya atas Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang dalam Liga 1 musim 2022/2023.
Meski kemenangan itu diwarnai tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter, Dika tetap ingin memberi apresiasi kepada tim.
“Saya memberikan hibah sebagai bentuk terima kasih kepada pemain, ofisial, dan manajemen. Mereka sudah menunjukkan semangat juang tanpa takut. Saya juga memberi kuasa penuh kepada Persebaya untuk menindak secara hukum bila ada pihak yang mengomersialkan lagu ini,” ujar Dika.
