Perjalanan Yulianus Paonganan, dari Istilah Kecebong Hingga Pesan Damai

1 month ago 58

Perjalanan Yulianus Paonganan, dari Istilah Kecebong Hingga Pesan Damai

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Akademisi Yulianus 'Ongen' Paonganan. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Istilah “kecebong” yang sempat mewarnai politik digital Indonesia, berawal dari sebuah candaan yang kemudian menjadi simbol polarisasi.

Di balik istilah ini, ada sosok Yulianus Paonganan atau Ongen yang menciptakan dan menyebarkannya.

Pada 2012, ketika Joko Widodo masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, publik mengenal kebiasaan Jokowi memelihara kodok di rumah dinas.

Kebiasaan ini yang menjadi inspirasi lahirnya sebutan “kecebong” yang merujuk pada pendukung Jokowi.

Memasuki Pilpres 2014, Ongen mulai aktif menggunakan istilah tersebut di media sosial, terutama Twitter, untuk menyindir pendukung Jokowi yang dianggap membela tanpa kritik.

Istilah ini kemudian berkembang menjadi bahasa politik yang tajam, bersanding dengan sebutan “kampret” untuk pendukung Prabowo Subianto.

Namun pada 2015, Ongen menghadapi kasus hukum terkait unggahannya yang dianggap menghina Jokowi, sehingga menjalani proses hukum yang panjang.

Meski demikian, istilah “kecebong” tetap populer hingga Pilpres 2019, di mana perdebatan di media sosial makin sengit.

Dari istilah “kecebong” hingga amnesti, Yulianus 'Ongen' Paonganan kini bawa pesan damai untuk persatuan bangsa.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |