jpnn.com - Kalau India ”menggugat” bahwa Amerika sendiri masih impor palladium dari Rusia, Brasil ”menggugat” kejadian tahun 1964 --setahun sebelum Gestapu/PKI di Indonesia.
Kejadiannya sama dengan yang di Indonesia: Amerika Serikat terlibat dalam kudeta militer di Brasil. Pemerintahan kiri di sana digulingkan. Alasannya: Brasil dianggap bisa menjadi negara komunis. Alanisa yang sama untuk Indonesia di tahun 1965.
Sejak itu pemerintahan di Brasil selalu ”kanan”. Pro Amerika. Berakhirlah pemerintahan ”kiri” Brasil. João Goulart menjadi presiden kiri terakhir. Ia terkenal dengan nama panggilan Jango --dibaca Jenggo di Indonesia.
Di masa Jango banyak perusahaan asing dinasionalisasi. Termasuk perusahaan telkom Amerika. Tentu Amerika benci pada Jango. Maka Amerika mendalangi kudeta militer di sana. Juga menyogok anggota DPR. Dan membiayai gerakan sipil.
Waktu itu Jango berada di istana di Rio de Janeiro. Pangdam setempat minta pasukannya mengepung istana. Jango terbang ke Brasilia, ibu kota Brasil. Maksudnya: untuk mempertahankan kedudukan lewat perjuangan politik di ibu kota.
Begitu Jango mendarat di Brasilia parlemen sedang bersidang. Keputusannya: mendukung kudeta. Jango kehilangan dukungan politik. Ia terbang ke kota yang menjadi basisnya di selatan. Ia memang orang selatan. Jango tinggal di dalam satu batalyon yang masih mendukungnya.
Dua hari kemudian parlemen melantik presiden baru. Jango kehilangan pijakan. Pemerintahan militer pun terbentuk.