jpnn.com, JAKARTA - Dekan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) School of Government, Prof. Nobuhiro Aizawa menegaskan perdamaian Aceh adalah pencapaian berharga yang harus terus dijaga.
Dia menyoroti arti penting perdamaian Aceh di mata dunia, keputusan kecil yang berperan besar dalam keberhasilan prosesnya, serta pentingnya menyiapkan generasi penerus untuk melanjutkan kepercayaan yang telah dibangun.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Aizawa pada acara Forum Peringatan 20 Tahun Perjanjian Damai Aceh yang digelar ERIA School of Government di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut dia perdamaian Aceh di mata dunia serta berbagi ide, pengalaman, dan strategi untuk membangun perdamaian yang inklusif.
"Kami tidak bisa menganggap perdamaian akan terjaga begitu saja. Untuk memastikan 20 tahun ke depan, perlu memahami bagaimana kepercayaan itu lahir—dan bersama-sama menjaganya tetap kuat,” ujar Aizawa dalam siaran persnya, Jumat.
Dia mengungkapkan dua dekade setelah Perjanjian Damai Aceh mengakhiri konflik bersenjata terpanjang di Indonesia, pondasi perdamaian tetap kokoh berkat sinergi berbagai pihak, mulai dari akademisi, media, dan organisasi masyarakat sipil hingga dukungan kuat negara-negara mitra ASEAN.
Komitmen ini, menurutnya, tidak hanya menguatkan keyakinan masyarakat, tetapi juga menegaskan tanggung jawab bersama untuk menjaga stabilitas kawasan.
Peran ASEAN tercermin jelas melalui Aceh Monitoring Mission (AMM), yang memantau pelaksanaan kesepakatan secara netral.