jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif METI Yudha Permana Jayadikarta mengatakan bahwa 2025 menjadi tahun krusial dalam sejarah energi terbarukan Indonesia.
Sebab, merupakan tahun terakhir untuk mengejar target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 sebagai mana ditetapkan oleh Rencana Umum Energi Nasianal (RUEN).
"Keberlangsungan EBT untuk tahun tahun kedepan saya pikir memasuki fase strategis, bukan lagi bersifat retoris," ungkap Yudha kepada JPNN seperti dikutip, Sabtu (9/8).
Dia menjelaskan ren pertumbuhan kapasitas energi terbarukan EBT menunjukkan peningkatan walau capaian aktualnya masih sekitar 13,3 persen pada 2024.
"Masih ada kesenjangan antara target sama realisasi. Oleh karena itu, dalam konteks ini saya menilai 2025 menjadi lead must test atas komitmen dan kapasitas kelembagaan negara untuk melaksanakan transisi energi yang nyata," jelas Yudha.
RUPTL PLN
Sebelumnya, PT PLN (Persero) siap menjalankan arahan Pemerintah untuk membangun Green Super Grid atau jaringan transmisi hijau skala luas dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Infrastruktur strategis ini dirancang sebagai tulang punggung penyaluran listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT) yang umumnya berada di daerah terpencil, menuju pusat-pusat kebutuhan listrik yang tinggi seperti kawasan industri, kota-kota besar, dan wilayah padat penduduk di seluruh Indonesia.
"Saya pikir komitmen ini bukan simbolik karena PLN menerapkan strategi nasional berbasis cluster potensi energi terbarukan Nusa Tenggara untuk PLTS, Sumatra untuk biomasa, Sulawesi untuk hidro," beber Yudha.