jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Agama mulai membahas Outlook 2026 untuk dirumuskan dalam Lokakarya dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 10 – 12 Desember 2025.
Rapat ini dihadiri para pimpinan Eselon I, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Ali Ramdhani mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah dalam rangka implementasi program prioritas ekoteologi.
Salah satunya adalah menerbitkan Panduan Implementasi Ekoteologi Kemenag yang dirilis pada 14 November 2025.
“Buku ini menjadi kerangka dasar kebijakan untuk seluruh layanan dan satuan pendidikan keagamaan dalam penerapan ekoteologi,” terang Ali Ramdhani, Kamis (4/12).
Saat ini, lanjutnya, pelatihan ekoteologi bagi ASN di berbagai wilayah juga tengah berjalan, sehingga prinsip keberlanjutan dapat segera diintegrasikan dalam rehabilitasi sarana keagamaan, layanan masyarakat, kurikulum pendidikan, serta penguatan moderasi beragama berbasis lingkungan.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa isu lingkungan tidak dapat dipisahkan dari bahasa agama dan nilai spiritual. Tidak mungkin ada yang menyadarkan orang untuk peduli lingkungan tanpa menggunakan bahasa agama.
"Di Vatikan kemarin, tokoh agama lain juga berpandangan sama. Hanya bahasa agama yang mampu menyentuh kesadaran paling mendasar masyarakat,” ujar Menag Nasaruddin.
Menag meminta agar ekoteologi tidak berhenti sebagai konsep, tetapi diterjemahkan menjadi arah kebijakan, indikator program, dan aksi nyata di seluruh unit layanan Kemenag. (esy/jpnn)












































