jpnn.com, JAKARTA - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2025. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan investasi baru di sektor TPT mencapai Rp10,21 triliun pada kuartal II 2025, meningkat signifikan dari Rp5,40 triliun pada kuartal I 2025.
Kenaikan investasi tersebut juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Hingga pertengahan 2025, tercatat 1.907 tenaga kerja tambahan terserap di sektor TPT, sehingga total pekerja yang bergantung pada industri ini tetap terjaga di angka 3,76 juta orang atau hampir 20% dari total tenaga kerja manufaktur nasional.
Dari sisi perdagangan, nilai ekspor TPT mencapai US$2,99 miliar pada kuartal I 2025, tumbuh 1,53% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pencapaian ini menunjukkan daya saing industri tekstil Indonesia tetap kuat di pasar global meski menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia.
Pengamat industri tekstil dari Panca Sakti University, Joni Tesmanto, S.Sos., MM, menilai pertumbuhan tersebut menegaskan bahwa industri TPT sedang bertransformasi ke arah yang lebih kokoh.
“Industri tekstil Indonesia sedang bertransformasi, bukan runtuh. Narasi krisis yang dibesar-besarkan hanya akan menakut-nakuti investor dan merugikan bangsa sendiri,” ujarnya.
Pemerintah menekankan pentingnya peran asosiasi dalam menjaga momentum positif ini. Asosiasi diharapkan menjadi mitra yang mendorong solusi, bukan justru menyebarkan pesimisme.
Dengan demikian, iklim investasi dapat terus terjaga, dan industri tekstil mampu memberikan kontribusi optimal terhadap perekonomian nasional.