jpnn.com, MOROTAI - Pulau Morotai kini menapaki babak baru. Di tengah potensi besar—mulai dari 2.600 ton tuna per tahun hingga 13.400 hektare perkebunan kelapa—masyarakatnya masih belum menikmati sepenuhnya kekayaan alam yang melimpah.
Momentum Hari Transmigrasi 2025 pun menjadi titik balik bagi konsep “New Transmigrasi”: pergeseran dari sekadar perpindahan penduduk menjadi gerakan kebudayaan dan ekonomi yang regeneratif.
Ketua Tim Ekspedisi Patriot UI, Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si (Han), menegaskan bahwa paradigma baru ini menempatkan masyarakat sebagai pusat perubahan.
“New Transmigrasi bukan lagi soal memindahkan manusia dari pulau padat ke pulau kosong. Ini seni memindahkan cara berpikir, dari ekonomi ekstraktif menuju ekonomi regeneratif yang memulihkan,” ujar Rachma, dalam keterangannya, Jumat (12/12).
Morotai adalah kanvas terbaik untuk mewujudkan visi ini. Namun potret di lapangan masih menyisakan kesenjangan.
Tim Ekspedisi Patriot UI mencatat nelayan tradisional Morotai kerap kalah bersaing dengan kapal-kapal besar di zona tangkap dekat pantai.
“Mereka seperti penonton di rumah sendiri,” kata Helmi Muhammad, Kepala Desa Bere-bere.
Rantai dingin yang kerap terputus akibat listrik tak stabil membuat hasil tangkapan tak jarang dijual murah atau rusak sebelum sempat dipasarkan.











































