jpnn.com, JAKARTA - Eksponen yang juga Aktivis Gerakan Mahasiswa 98 Haris Rusli Moty mendukung upaya Presiden Prabowo Subianto untuk merajut kembali persatuan di antara para elite politik setelah Pemilu 2024.
Langkah ini telah dimulai dengan pemberian abolisi kepada Tom Lembong dan amnesti kepada Hasto Kristianto serta sejumlah tersangka kasus makar.
“Kami berharap di acara peringatan hari kemerdekaan ke-80 tahun, 17 Agustus 1945 nanti, retak antara para pemimpin bangsa dapat diakhiri,” kata tokoh eksponen Gerakan Mahasiswa 98 Haris Rusly Moti dalam rilis media, Jumat (8/8/2025).
“Ratusan juta mata ingin melihat Ibu Mega, Pak SBY, dan Pak Jokowi yang dipimpin Pak Prabowo dapat bergandengan tangan. Persis saat inagarasi pelantikan Presiden Amerika, seluruh mantan Presiden dan Wapres dapat berkumpul dan berpelukan di acara tersebut,” ujar Haris.
Begitulah langkah politik Presiden Prabowo yang diarsiteki Sufmi Dasco Ahmad yang berupaya menyembuhkan luka dan merekatkan yang retak akibat residu Pilpres 2024.
“Sebagaimana disampaikan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, tidak ada maksud untuk memenangkan atau mengalahkan pihak tertentu di balik abolisi dan amnesti ini. Tujuannya semata untuk memulihkan persaudaraan dan persatuan bangsa," terang Haris.
"Saya kira teladan terbaik telah ditunjukan oleh Prabowo dengan Jokowi saat Pilpres 2014 dan 2019 yang nyaris membuat bangsa terbelah. Namun, setelah Pilpres dihelat 2019, ketika itu Prabowo di pihak yang kalah. Namun, dua pemimpin bangsa ini memutuskan untuk melakukan rekonsiliasi, bersatu. Kita berharap momen indah seperti ini dapat menjadi tradisi yang diwariskan," ujar Haris.
Rekonsiliasi