jateng.jpnn.com, SOLO - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi menyatakan akan melibatkan prajurit TNI/Polri untuk membangun ketahanan mental dan kedisiplinan siswa di Sekolah Rakyat.
Ahmad Luthfi menyebut demikian karena faktor Sekolah Rakyat yang mengusung konsep berbasis asrama atau boarding school.
Setidaknya terdapat 850 murid diterima sembilan Sekolah Rakyat yang ada di Jateng. Dari sembilan yang beroperasi, enam merupakan Sekolah Rakyat Menengah Atas dan tiga lainnya Sekolah Rakyat Menengah Pertama.
Dia mengakui tantangan emosional seperti keinginan pulang atau kerinduan pada orang tua menjadi kendala awal yang perlu diantisipasi.
"Contohnya anak-anak kita ini kalau sudah masuk ke asrama biasanya kendala ini pengin muleh (ingin pulang, red) dan dia mbok-mbokan (kangen ibunya, red). Namanya boarding school pisah dengan orang tua tidak gampang," ujarnya di sela Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Sekolah Rakyat Menengah Atas 17 Surakarta, Senin (14/7).
Untuk mendukung adaptasi siswa, pihaknya akan mengoptimalkan layanan kesehatan dan psikologis. Bahkan, akan melibatkan personel TNI/Polri untuk membangun ketahanan mental dan kedisiplinan siswa.
"Termasuk kalau perlu orang tuanya pun dikasih pengertian boarding school bagi anak-anak miskin itu tidak gampang untuk mengubah perilaku," ujarnya.
Mantan Kapolda Jateng ini menyatakan peluncuran Sekolah Rakyat menjadi langkah konkret memperluas akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.