jabar.jpnn.com, KABUPATEN BANDUNG - PT Geo Dipa Energi (Persero) menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan Sosialisasi rencana reboisasi Lahan Kompensasi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Patuha 2 di Desa Sugihmukti.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya dalam menyusun rancangan teknis reboisasi Lahan Kompensasi IPPKH Patuha 2 melalui pendekatan kolaboratif dan berbasis pelestarian ekosistem.
FGD ini bertujuan untuk menyosialisasikan hasil observasi dan survei lapangan yang telah dilakukan di kawasan lahan kompensasi (lakom) IPPKH Patuha 2, sekaligus menjaring masukan dari para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah desa, akademisi, serta masyarakat lokal.
Dalam paparannya, Perwakilan PT Geo Dipa Energi (Persero), Sari Ramadhani menegaskan komitmen perusahaan terhadap pemulihan kawasan hutan. Selain itu, Sari juga mengungkapkan harapan terkait manfaat untuk masyarakat Desa Sugihmukti.
“Kami berkomitmen kepada pemerintah untuk menjadikan kawasan ini kembali menjadi hutan dalam tiga tahun ke depan. Harapan kami, kawasan ini nantinya bisa menjadi hutan milik warga Sugihmukti yang memberi manfaat ekologis dan sosial, termasuk potensi menjadi kawasan ekowisata seperti bird watching, camping, dan forest walk," ucap Sari dalam keterangan tertulisnya kepada JPNN.com, dikutip Rabu (6/8/2025).
Sebagai langkah awal sebelum reboisasi, telah dilakukan pemasangan patok batas bidang tanam (BT) di lokasi. Rencana penanaman pun akan dibagi menjadi tiga bagian, dengan pola tanam intensif 4x4 atau 4x3 meter persegi. Tanaman yang diusulkan meliputi jenis lokal seperti rasamala, puspa, sarinten, kibogor, dan caringin.
Tanaman yang diusulkan tersebut merupakan jenis-jenis yang saat ini juga hidup di sekitar lakom. Akademisi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran Teguh Husodo turut memaparkan hasil studi keanekaragaman hayati
yang dilakukan di area lakom.
“Kawasan ini masih memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk 100 lebih jenis flora dan fauna seperti kukang jawa, burung elang, serta bangkong tuli yang menjadi indikator air bersih. Kawasan lakom juga potensial untuk pengembangan ekowisata dan dapat menjadi bagian dari hutan lindung yang utuh," ujar Teguh.