jpnn.com, YOGYAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyerukan seluruh kader partai untuk merespons bencana alam dengan aksi nyata, berlandaskan filosofi lingkungan hidup yang diajarkan Bung Karno dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, serangkaian bencana yang terjadi merupakan tanda ketidakseimbangan alam.
“Kalau kita lihat secara kebatinan yang tumbuh subur di Jogja, maka nampak bagaimana alam raya saat ini terjadi ketidakseimbangan. Jadi seperti dalam cerita wayang itu sekarang terjadi Goro-Goro di republik ini akibat ulah kita yang merusak alam,” ujar Hasto dalam Konferda DPD PDIP DIY di Yogyakarta, Sabtu (6/12).
Hasto menjelaskan filosofi tersebut melalui kebiasaan konkret Megawati dalam merawat kehidupan, seperti mengumpulkan dan menanam biji buah.
“Semua biji-bijian itu dilarang dibuang dan setelah dipersiapkan lalu ditanam. Jadilah Ibu Mega memiliki kebon penuh tanaman dari biji-bijian yang dikumpulkan. Setiap biji-bijian, apalagi pohon punya hak untuk hidup,” ujarnya.
Ia juga memaparkan bahwa sisa teh atau kulit kacang pun tidak dibuang melainkan dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik.
“Setiap pohon itu juga punya jiwa, punya kehidupan. Kalau kita mencintai pohon, maka mereka bukan hanya menghasilkan oksigen, mereka juga akan mencintai dan ikut merawat Indonesia Raya kita," kata Hasto.
Ia kemudian mengaitkan kerusakan lingkungan dengan sistem yang tidak adil.
“Bagaimana lingkungan telah dirusak akibat kapitalisasi kekuasaan politik yang luar biasa, sehingga lahan-lahan hutan dikonversi menjadi lahan-lahan sawit. Padahal Ibu Mega mengatakan sawit adalah tanaman yang arogan,” tegasnya.










































