jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat meyakini penerapan pendidikan yang lebih inklusif salah satu kunci utama dalam menjawab berbagai tantangan global saat ini.
"Pendidikan yang lebih inklusif harus dikedepankan untuk menghadapi berbagai tantangan saat ini, mulai dari kesenjangan sosial hingga disrupsi teknologi yang terjadi," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/8).
Dia menyampaikan data UNESCO pada 2024 mencatat 258 juta anak dan remaja di seluruh dunia belum memiliki akses pendidikan yang layak, sementara hanya 17 persen negara yang memiliki sistem pendidikan inklusif yang mengakomodasi penyandang disabilitas.
"Secara umum, pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang memastikan semua individu, tanpa terkecuali—termasuk anak berkebutuhan khusus, kelompok marginal, dan mereka yang terdampak konflik—memiliki kesempatan belajar yang setara," ujarnya.
Rerie yang akrab disapa berpendapat pemerintah harus memperkuat regulasi dan alokasi anggaran, serta memastikan 20 persen APBN benar-benar didedikasikan untuk pendidikan.
Dia mengungkapkan data Kemendikbudristek 2024 bahkan mencatat hanya 5 persen dari alokasi dana pendidikan ditujukan untuk pendidikan inklusif.
Selain itu, anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu menyampaikan pelatihan guru dalam menangani keberagaman siswa juga sangat penting.
"Karena data World Bank (2023) menyebutkan 60 persen guru di negara berkembang belum terlatih dalam metode pembelajaran inklusif," ungkap Rerie.