jpnn.com - Akhir Oktober 2025, di tengah kota yang sarat sejarah dan religiusitas, lonceng-lonceng tua berdentang bersahutan di udara musim gugur.
Kota abadi itu menjadi saksi pertemuan lintas iman dan lintas budaya, ketika dunia berkumpul dalam forum perdamaian internasional Daring Peace – International Meeting for Peace.
Dari ribuan peserta yang datang dari berbagai penjuru, tiga tokoh Indonesia tampil menonjol, membawa wajah keberagaman dan kebijaksanaan dari negeri kepulauan: Muhammad Jusuf Kalla, Nasaruddin Umar, dan Arsjad Rasjid.
Kehadiran mereka bukan sekadar simbol partisipasi diplomatik, melainkan pancaran dari sebuah kesadaran bahwa Indonesia memiliki modal moral yang relevan di tengah dunia yang gamang oleh konflik, ekstremisme, dan ketimpangan global.
Tiga suara itu—politik, spiritualitas, dan ekonomi—bersatu dalam satu pesan: perdamaian sejati lahir dari keberanian untuk mempercayai manusia lain.
Sebagai pembicara utama, Jusuf Kalla membuka forum dengan nada yang tegas namun menenangkan.
Dia berbicara bukan dengan jargon diplomasi, melainkan dengan bahasa nurani yang lahir dari pengalaman.
“Perdamaian bukan sekadar ketiadaan perang,” ujar Jusuf Kalla di hadapan ratusan pemuka agama dan kepala negara.








































