jpnn.com, JAKARTA - Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan sampah dan limbah yang tidak terkelola dengan baik tidak hanya bisa merusak lingkungan dan mengurangi daya dukungnya, tetapi juga berdampak buruk terhadap kehidupan sosial akibat timbulnya penyakit yang mangganggu kesehatan masyarakat.
Namun, dengan penerapan prinsip ekonomi sirkular, sampah dan limbah dapat diolah menjadi produk bernilai.
SIG menjalankan prinsip tersebut dengan memanfaatkan RDF hingga biomassa dan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif.
Penggunaan bahan bakar alternatif merupakan bentuk tanggung jawab SIG terhadap lingkungan, sekaligus sebagai upaya mereduksi emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi penyebab perubahan iklim. Inisiatif ini juga menunjukkan komitmen kuat Perusahaan untuk mendorong penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Selain bahan bakar alternatif, SIG juga menggunakan bahan baku alternatif dari limbah industri seperti limbah padat tembaga (copper slag), debu batu bara (fly ash), abu batu bara (bottom ash), limbah padat kertas (paper sludge) dan lainnya.
Pada 2024, SIG mencatatkan penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif mencapai 2 juta ton, di mana porsi penggunaan bahan bakar alternatif mencapai 0,5 juta ton dan berhasil meningkatkan substitusi energi panas (thermal substitution rate) menjadi 7,56% dari sebelumnya 7,27% pada 2023.
“Penggunaan bahan baku dan bakar alternatif menjadi bagian penting dalam perjalanan transformasi SIG untuk menghadirkan produk semen hijau yang ramah lingkungan. Saat ini, tingkat emisi karbon yang dihasilkan dari produksi semen PCC SIG sebesar 494kg CO 2 /ton semen, atau lebih rendah dibandingkan rata-rata semen konvensional sebesar 800kg CO 2 /ton semen. Emisi karbon produk semen PCC SIG juga tercatat lebih rendah hingga 38% dibandingkan emisi karbon semen konvensional,” tutur Vita.
Vita menjelaskan, melalui penggunaan bahan baku dan bahan bakar alternatif, SIG telah membantu pemerintah dan industri dalam mengatasi persoalan sampah dan limbah, bahkan memberikan manfaat ekonomi bagi para petani dari pemanfaatan limbah pertanian (biomassa) yang berpotensi menimbulkan gas metana jika dibiarkan terdegradasi.