jateng.jpnn.com, KUDUS - Nuansa sakral menyelimuti kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Kamis (12/6), saat pusaka legendaris peninggalan Sunan Kudus, Keris Kiai Cinthaka, menjalani ritual penjamasan atau pencucian.
Tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad itu kembali dilaksanakan dengan penuh khidmat, disaksikan masyarakat, tokoh agama, dan peziarah dari berbagai penjuru.
Tak hanya keris, dua tombak trisula warisan Sunan Kudus juga turut dijamas oleh Kiai Faqihuddin Soleh, sang ahli penjamasan pusaka.
Prosesi diawali dengan ziarah ke makam Sunan Kudus yang dipimpin oleh Kiai Saifuddin Luthfi, dilanjutkan dengan penurunan pusaka dari pendapa tajuk utama.
Yang menarik, bilah keris Kiai Cinthaka dilepas dari hulunya, lalu dibasuh menggunakan banyu landa (air rendaman ketan hitam), direndam air jeruk nipis, digosok dengan jeruk segar, hingga disikat dan dikeringkan dalam sekam ketan.
Ritual itu bukan sekadar simbolik. Namun, penuh makna spiritual dan penghormatan terhadap warisan budaya para wali.
Setelah dikeringkan, keris diolesi cairan khusus bernama warangan, racikan tradisional yang didatangkan langsung dari Keraton Surakarta, lalu dibalut kain putih dan dikembalikan ke peti penyimpanan.
Tombak trisula yang biasanya ditempatkan di sisi mihrab Masjid Al-Aqsha Menara Kudus juga mendapat perlakuan serupa.