jatim.jpnn.com, SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengevakuasi dua anak yang diduga menjadi korban kekerasan sekaligus dimanfaatkan ayahnya untuk memperoleh bantuan sosial (bansos).
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya Ida Widayati mengatakan kasus itu berawal dari laporan warga mengenai seorang pria berinisial BS warga Kecamatan Tenggilis, yang hidup bersama tiga anaknya dalam kondisi memprihatinkan.
BS memiliki tiga orang anak, yakni BE (16), B (7), dan A (4), sedangkan istrinya sudah meninggalkan mereka seusai mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Istrinya sudah pergi sejak 3–4 tahun lalu. Anak pertama juga sempat menjadi korban kekerasan,” kata Ida saat dikonfirmasi, Jumat (12/9).
Ida menjelaskan anak pertama BS, yakni BE kini memilih tinggal di gereja, sedangkan dua anak lainnya masih tinggal bersama BS, tetapi justru dimanfaatkan untuk mendapatkan bantuan.
“BS ini hidupnya bergantung dari bantuan gereja. Kalau anak-anak enggak ada di situ, orang mikir-mikir dulu untuk memberi. Jadi, mereka dipakai supaya tetap dapat bantuan,” bebernya.
BS berdalih tidak bisa bekerja setelah terjatuh di kamar mandi sekitar setahun lalu. Namun, menurut Ida, kondisinya sebenarnya masih memungkinkan untuk pulih.
"Bapaknya ini kondisinya sakit, bukan lumpuh cuman memang kesulitan jalan. Sebetulnya kalau bisa berusaha, tetapi ini enggak, anak-anaknya malah dieksploitasi untuk bisa dapat bantuan," ungkapnya.